CONCEPT WORD METHOD


PENGEMBANGAN METODE KATA BERKONSEP (CONCEPT WORD METHOD) UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS ( ENGLISH VOCABULARY)



A.    JUDUL
Karya Tulis ilmiah ini terkonsentrasi pada peningkatan sub skill language dalam bahasa inggris, karena itu yang menjadi judul dari tulisan ini adalah“ Pengembangan Metode Kata Berkonsep (Concept Word) Untuk Meningkatkan Kosakata Bahasa Inggris ( English Vocabulary)

B.     PENDAHULUAN
Bahasa inggris adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa ketika mereka masuk pada tingkatan sekolah menengah, baik itu menengah pertama, menengah atas ataupun menengah kejuruan. Bukan tanpa alasan,tetapi oleh pemerintah Bahasa inggris dilihat sebagai mata pelajaran yang bisa menciptakan sebuah kesempatan atau peluang dalam mencari informasi penting ,berkomunikasi,dan bekerja . Dunia bahkan mengamini hal ini dengan menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa pemersatu dengan slogan yang sangat terkenal yakni english is the world language.
Bahasa Inggris itu penting adalah hal yang tidak bisa kita pungkiri hanya karena kita tidak terlalu menyukai pelajaran ini. Fakta membuktikan bahwa hampir sebagian besar siswa yang berada pada tingkatan menengah beranggapan bahwa Bahasa Inggris itu sulit dan membosankan. Baca lain  tulis lain, tenses-nya juga sangat banyak, satu kata punya banyak arti , inilah sejumblah alasan-alasan klise yang sering dikemukakan oleh para pelajar ketika mempelajari Bahasa Inggris.Dan hal ini bisa menjadi sebuah gunung es yang sewaktu- waktu  akan menyulitkan para siswa ketika mereka dihadapkan dengan Ujian Nasional Bahasa Inggris.Nilai yang tidak mencapai passing grade, dan prestasi menurun adalah dual hal krusial yang bisa diprediksi akan terjadi pada siswa jika tidak segeradicari jalan keluarnya.
Sejumblah pakar dan pemerhati pendidikan berusaha mencari teknik, metode, strategi dan model pembelajaran, tapi tetap saja  kemampuan berbahasa para pelajar seperti reading, speaking, writting, dan listening masih berada pada level C atau level pas-pas. Apa penyebabnya? Tidak adakah solusi yang tepat untuk menjawab masalah ini? Rasa penasaran dan kepedulian yang sama seperti para pakar dan pemerhati pendidikan ini, kemudian menghantar penulis pada sebuah refleksi mendalam, kenapa hal ini bisa terjadi? Bedasarkan hasil refleksi, pengalaman mengajar, dan konsultasi dengan sesama rekan guru, akhirnya ditemukan satu penyebab yang sama dan utama,yakni kurangnya stok kosakata bahasa inggris atau lebih tepatnya siswa tidak memiliki sejumblah kosakata dalam bahasa inggris (lack of vocabulary)
Bagaimana mungkin seorang guru menuntut siswa untuk bisa memiliki kemampuan berbahasa( english skill) yang baik jika siswa tersebut tidak memiliki stok kosakata yang mumpuni ? Apa yang harus mereka katakan, mereka tulis dan mereka baca jika tak memiliki kosakata yang bagus? Lalu jika mereka memiliki kosakata yang bagus apakah mereka juga mampu berbahasa inggris dengan baik? Apakah hal itu bisa dijadikan jaminan?
Damianus Talok , seorang  doktor bahasa asing, pernah bertutur dalam sebuah seminar pendidikan, bahwa fundasi dari sebuah bahasa adalah kata yang kemudian dibentuk menjadi sebuah kalimat yang bisa dipahami dan dimengerti. Karena itu, wajib hukumnya bagi seorang pemula yang baru belajar sebuah bahasa asing memiliki stok kosakata yang banyak. Kata-kata itu kemudian secara alami akan dibentuk seturut sruktur atau gramar dari bahasa itu sendiri.
Mccharty dan O,Dell (1999) mengatakan bahwa mungkin anda telah mengerti ratusan kata Bahasa inggris tapi untuk berbicara dan menulis dalam kondisi yang wajar anda setidaknya membutuhkan seribu hingga dua ribu kata ( you already know a hundred of eglish words, but to speak and write in normal situations you need at least 1-2,000 words). Sampai disini sangat jelas bahwa jika kita tidak mengenal atau mengerti vocabulary, pasti akan ada banyak hal yang belum bisa kita pahami dalam ilmu bahasa.
Kata Berkonsep (Word Concept) adalah salah satu metode pembelajaran yang ditawarkan oleh penulis untuk membentuk dan meningkatkan kosakata siswa dalam belajar bahasa inggris. Metode ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran perolehan konsep (concept attainment model) dan lebih menekankan tindakan (action) ketimbang teori. Disini para siswa akan dihantar untuk menemukan kata dan membentuknya dalam kalimat. Para pelajar bebas berkreasi sehingga, akan nampak jelas bahwa para siswa belajar tanpa ada tekanan dan beban.

C.    KAJIAN TEORI
Kalau kita mencoba menyusuri dan membaca buku-buku terkaitteori-teori pembelajaran dalam kelas, maka kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak teknik, strategi, metode dan model pembelajaran yang bisa diterapkan. Persoalannya mana teknik, strategi, metode, atau model pembejaran yang pas dan sesuai dengan materi dan karakter siswa kita? Umumnya apa yang dihasilkan oleh para pakar dan ahli pendidikan ini, cenderung berpatokan pada sekolah dan para pelajar dengan tingkatan akses pendidikan dan IT yang bagus. Dan hal ini tentu saja akan berbenturan jika dihadapkan pada pelajar yang berada didaerah indonesia timur khususnya didaerah yang akses pendidikan dan IT-nya masih jatuh bangun seperti di wilayah Kabupaten Lembata dan sekitarnya.
Gropper(1990), mengungkapkan bahwa penerapan teknik, strategi, metode, atau model pembelajaran, perlu didesain seturut karakter budaya dan manusia setempat. Itu berati, kita tidak bisa mengadopsi sebuah teknik, strategi, metode, atau model pembelajaran secara buta tanpa analisa dan pertimbangan. Lebih lanjut,Dick dan Carey (1978), menegaskan bahwa, para pengajar dituntut untuk bisa lebih fleksibel dalam mendesain konsep pembelajarannya, bukannya statis pada sebuah sumber tertulis. Para pengajar diberi ruang seluas-luasnya untuk berkreasi tetapi hal ini tidak lantas mengurangi peran siswa dalam proses pembelajaran itu, karena apapun gaya dari setiap pengajar, siswa tetaplah menjadi target dan tujuan utama dalam proses pembelajaran itu.
1.      Vocabulary
Vocabulary atau kosakata adalah kumpulan kata-kata yang mempunyai makna dan arti. Kosakata juga merupakan fundasi dari sebuah bahasa yang pada akhirnya keluar lewat cara kita berkomunikasi. Tanpa kosakata sebuah bahasa akan kehilangan ruh-nya, karena itu wajib hukumnya bagi siapa saja yang mau belajar sebuah bahasa asing untuk menguasai kosakata (vocabulary).
David Wilkins, dan Thorbury (2002),menjelaskan bahwa kosakata (vocabulary) sangat penting dalam mempelajari sebuah bahasa asing. Menurutnya,tanpa mengetahui grammar, sedikit sekali yang bisa kita ungkapkan. Namun tanpa (mengetahui) kosakata, tidak ada yang bisa kita ungkapkan.( without grammar very little can be conveyed, without vocabulary nothing can be conveyed). Itu berarti,walaupun kita mempunyai kemampuan grammar yang bagus tapi tetapi tidak memiliki kosakata maka akan sia-sialah bahasa itu sendiri.
Nagy dan Stahl kemudian mempertegas hal ini,menurut mereka kata-kata membagi sebuah dunia; semakin banyak kata yang kita kuasai, semakin bermacam-macam kita berpikir tentang dunia. (words devide the world; the more words we have, the more complex ways we can think about the world). Oleh karena itu, menguasai kosakata ( vocabulary) merupakan hal dasar dalam mempelajari sebuah bahasa.

2.      Pemahaman Tentang Konsep
Umumnya konsep biasanya digambarkan dengan serangkaian objek, simbol, atau kejadian yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang penting. Menurut Howard ( 1987), sebuah konsep merupakan susunan nyata atau representasi kategori yang membuat orang-orang mampu mengenali contoh-contoh dan yang bukan contoh. Konsep-konsep bisa mencakup objekkonkret ( misalnya, “meja”,”kursi”,”kucing”) atau ide-ide abstrak ( misalnya, “cinta”, “demokrasi”, keseluruhan”). Howard lalu menyimpulkan bahwa konsep pembelajaran ialah pembentukan representasi untuk mengenali sifat, menyesuaikan ke dalam contoh baru, dan memisahkan contoh dari yang bukan contoh.
Pendekatan konsep dalam pembelajaran  akan sangat membantu siswa untuk memahami sebuah materi belajar. Pendekatan ini lebih tepat digunakan jika penekanan pembelajaran pada mengenalkan konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif, dan melatih berpikir analitis. Bruner (1956) telah meneliti bahwa siswa mampu memahami sebuah objek dengan mengidentifikasikan konsep yang ditampilkan. Misalnya aturan yang mengklasifikasikan kucing seperti : “ jika ia hewan jinak, memiliki empat kaki,memiliki sungut,ekor,cukup kecil,mendengkur, dan berbunyi’meong’, maka itu adalah kucing”. Meski pengecualian bisa muncul, aturan ini secara akurat akan mengklasifikasikan semua kucing sepanjang waktu.
Konsep sangat dimungkinkan untuk dikuasasi dan disimpan dalam Long Term Memory (LTM). Penelitian membuktikan bahwa ada berbagai cara untuk mempelajari dan memodifikasi konsep. Klausmeier (1992) coba menjelaskan dalam dua cara sederhana. Cara  pertama adalah mengembangkan prototipe pada contoh biasa mengenai konsep yang mencerminkan sifat-sifat klasik. Cara kedua adalah dengan mengabstraksi fitur-fitur dari dua atau lebih contoh.

3.      Metode Kata Berkonsep ( Word Concept)
Kata berkonsep ( word concept) adalah sebuah metode pembelajaran yang didesain oleh penulis sendiri. Metode ini menekankan keaktifan dan partisipasi siswa, sedangkan guru bertindak selaku pemandu. Menurut Carl Roger, sebuah metode pembelajaran yang baik harus mampu menciptakan ruang bagi siswa untuk berlaku dan bertindak secara lebih dinamis. Bisa jadi, Roger sedang mengritik sekaligus memberi koreksi kepada kita para pengajar yang cenderung konservatif dimana umumnya para pengajar bertindak selaku satu-satunya sumber belajar ( teacher central).
 Concept Word ( Kata Berkonsep ), merupakansebuah metode pembelajaran yang di desain dengan mengacu pada model pembelajaran perolehan konsep ( Concept Attainment Model) hasil karya Jerome Brunner, Jacqueline Goodnow, dan george Austin Brunner. Menurut mereka, lingkungan sekitar manusia itu beragam, dan sebagai manusia kita harus mampu membedakan, megkategorikan, dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan dan mengelompokan dan menamakan sesuatu inilah yang dimaksut dengan konsep. Sebagai contoh manusia mengenal bahwa yang dimaksut dengan konsep “ sekolah “ adalah sebuah tempat yang menjadi pusat pembelajaran, tempat dimana guru mengajar dan siswa belajar,dan lain-lain. Begitu pula halnya dengan konsep “ kursi”. Kursi adalah suatu alat yang dipakai untuk duduk atau untuk menyandarkan tubuh, ada yang berkaki empat dan bahkan berkaki satu. Atas dasar tersebut konsep menjadi bagian fundamental dari sistem pembelajaran.
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, metode kata berkonsep mengharuskan siswa untuk melihat atau mengidentifikasikan sebuah item secara visual kemudian mengolahnya kedalam bahasa inggris. Proses ini membutuhkan daya kreatifitas siswa karena itu para guru perlu menumbuhkan semangat atau spirit guna merangsang energi positip itu. Proses ini akan dikatakan berhasil jika melawati sebua kajian evaluasi oleh para guru terhadap pencapaian siswa.
 Ketika siswa melihat sebuah objek, dia kemudian coba membawa objek itu kedalam cara berpikir bahasa inggris (menterjemahkan). Selanjutnya  siswa akan menguraikan fitur atau ciri khas dari objek itu, seperti size(ukuran), habit (kebiasaan),colour(warna), behaviour (perilaku),dan lain-lain. Dengan menggunakan konsep kata dari objek tersebut siswa lalu akan dengan mudah bisa membentuk sebuah kalimat. Dan tentu saja kamus bahasa inggris menjadi source utama dalam pengembangan metode ini.

D.    METODE PENELITIAN
Ada sejumblah model pengembangan (development research) yang bisa digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan sebuah metode pembelajaran.Misalnya  model desain Instruksonal karya Dick dan Carey, model Borg dan Gall, model 4D ( four-D model),model Sugiyono,model Gerlach dan Ely, model Bergman dan Moore dan lain-lain. Apapun model pengembangan,semuanya akan bermuara pada satu hal yang sama yakni menghasilkan sebuah prototypeberupa produk atau tool sebagai solusi atas masalah yang dihadapi.
Dalam tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan pengembangan model 4D (four-D model) yang meliputi empat tahapan yakni  tahap pendefenisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate). Menurut Trianto (2007:65), secara garis besar tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Tahap Pendefenisian (Define)
Tujuan  tahap  ini  adalah  menentapkan  dan  mendefinisikan  syarat-syarat pembelajaran  diawali  dengan  analisis  tujuan  dari  batasan  materi  yang dikembangkan  perangkatnya.  Tahap  ini  meliputi  5  langkah  pokok,  yaitu:  (a) analisis ujung depan, (b) analisis siswa, (c) analisis tugas, (d) analisis konsep, dan (e) perumusan tujuan pembelajaran.

b.      Tahap Perencanaan ( Design)
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri   dari  empat  langkah  yaitu,  (a)  penyusunan  tes  acuan  patokan,  merupakan langkah  awal  yang  menghubungkan  antara  tahap  define  dan  tahap  design.  Tes disusun berdasarkan  hasil perumusan Tujuan Pembelajaran  Khusus (Kompetensi Dasar  dalam  kurikukum  KTSP).  Tes  ini  merupakan  suatu  alat  yang  mengukur terjadinya  perubahan  tingkah  laku  pada  diri  siswa  setelah  kegiatan  belajar mengajar,  (b)  pemilihan  media  yang  sesuai  tujuan,  untuk  menyampaikan  materi pelajaran, dan (c) pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan  dengan  mengkaji  format-format  perangkat  yang  sudah  ada  dan  yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.

c.       Tahap Pengembangan (Develop)
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi  berdasarkan  masukan  dari  pakar.  Tahap  ini  meliputi:  (a)  validasi perangkat  oleh  para  pakar  diikuti  dengan  revisi,  (b)  simulasi  yaitu  kegiatan mengoperasionalkan  rencana  pengajaran,  dan  (c) uji  coba  terbatas  dengan  siswa yang  sesungguhnya.  Hasil  tahap  (b)  dan  (c)  digunakan  sebagai  dasar  revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.

d.      Tahap Penyebaran (Disseminate)
Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.
           
E.     PEMBAHASAN

Kata Berkonsep (Word Concept)adalah sebuah metode pembelajaran yang terinspirasi dari model pembelajaran perolehan konsep untuk meningkatkan kosakata siswa. Metode ini menggunakan kata-kata kunci yang diperoleh dalam proses obsevasi visualisasi lalu dikembangkan secara mandiri oleh siswa. Target yang mau dicapai adalah bahwa siswa tidak sekedar hanya memiliki sejumlah stok kosakata tetapi dia juga mampu menerapkan dan membentuk kata itu menjadi sebuah kalimat.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya pengembangan metode kata berkonsep,  menggunakan pendekatan pengembangan model 4D (four-D model) yang mencakup beberapa tahapan. Tahapan model pengembangan ini meliputi tahap pendefenisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate).
1.  Tahap Pendefenisian (define)
Pada tahap ini penulis melakukan analisa terhadap persoalan atau masalah yang ada mengenai kesulitan  siswa belajar bahasa inggris. Faktor lingkungan yang tidak mendukung,kerumitan bahasa itu sendiri, keengganan siswa belajar,menjadi pijakan awal dimulainya penelitian ini. Selanjutnya penulis menentukan bahwa tujuan dari pembelajaran bahasa inggris adalah para siswa mampu menguasai language skill yang mencakup reading skill, speaking skill, writing skill, dan listening skill.
2.  Tahap Perancangan (design)
Pada tahapan ini, penulis merancang prototype berupa sebuah metode pembelajaran yang diberi nama metode kata berkonsep (concept word method). Metode ini memiliki sejumblah unsur utama seperti motivation, co-operative-activity, observation, thinking,discussion, dan evaluation. Unsur-unsur yang ada menjadi prototype pertama yang bisa berubah seturut kebutuhan.
3.  Tahap Pengembangan (develop)
Dalam tahapan ini penulis kemudian coba menerapkan metode kata berkonsep dalam sebuah kegiatan pembelajaran.dimana setiap point penting yang ada ini harus dilalui atau dijalankan. .
a.    Motivasi
Secara etimologis motivasi berasal dari kata motifying yang berarti dorongan atau rangsangan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang.Motivasi adalah dorongan atau semangat yang lebih dimengerti sebagai sebuah stimulant bagi para siswa untuk mencapai tujuan atau impian tertentu. Karena itu motivasi menjadi basic utama apakah siswa bisa tertarik, suka atau tidak terhadap apa yang akan diajarkan oleh guru. Menurut Weiner  (1990), motivasi adalah sebuah kondisi internal yang membangkitkan atau mendorong kita untuk mencapai tujuan tertentu, dan  membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Itu berarti seorang guru perlu menciptakan kondisi internal yang dimaksud sehingga para siswa dipacu semangatnya dalam mempelajari bahasa inggris, dan bukan tidak mungkin bahwa harapan yang diimpikan bisa  tercapai dengan mudah.
Misalnya, dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk dapat belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik, memberikan motivasi kepada pembelajar, berarti menggerakkan seseorang agar ia mau atau ingin melakukan sesuatu.
b.       Kooperatif
Kooperatif dalam metode kata berkonsep lebih dimengerti sebagai sebuah bentuk kerjasama yang dilakukan para siswa.Tujuannya adalah untuk memupuk rasa tanggungjawab dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Setiap kali mereka menemukan kesulitan selama proses pembelajaran, mereka bisa saling bertanya satu sama lain. Tahapan ini dimaksut juga untuk menumbuhkan kemadirian siswa. Menurut Lincoln Lavigne,  kemandirian  perlu ditanamkan dalam  diri anak sehingga mereka bisa survive ketika berbenturan dengan  kesulitan-kesulitan selama proses pembelajaran. Itu berarti para guru perlu menciptakan ruang kemandirian bagi siswa, sehingga mereka bisa lebih kreatif mengeksplor  diri. Langkah kooperatif dalam metode ini sebenarnya mengacu pada hal yang sama yakni memberi kesempatan dan peluang bagi siswa untuk bisa lebih kreatif dalam menyelesaikan sebuah tanggungjawab secara bersama-sama. 
c.      Observasi
Observasi adalah salah satu tahapan yang perlu dilakukan ketika kitamenggunakan  metode kata berkonsep. Observasi adalah sebuah aktivitas visual dimana kita mengamati sebuah objek atau apa saja yang ada disekitar kita unntuk kemudian dijadikan bahan untuk menambah stok kosakata. Observasi yang dilakukan sebaiknya dilakukan secara detil  untuk kemudian dijadikan dasar atau acuan dalam pengembangan kata menjadi sebuah kalimat.
d.       Thinking
Langkah thinking( berpikir ) adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan aktivitas otak,yang biasanya sering dilakukan seseorang ketika dihadapkan pada sebuah problem atau situasi yang menuntut sebuah solusi. Dalam ilmu psikologi terdapat macam-macam cara berpikir, seperti berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis, kreatif dan strategis. Dalam pengembangan ini, metode kata berkonsep lebih difokuskan pada cara berpikir kreatif. 
Harriman berpendapat bahwa berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha mnciptakan gagasan baru.Itu  berarti cara berpikir kita harus selalu bisa  membuka kemungkinan-kemungkinan solusi terhadap sebuah persoalan. Jadi kemampuan berpikir kreatif seeorang makin tinggi, jika ia mampu menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah.
Dalam metode kata berkonsep, langkah thinking mengharuskan siswa untuk kreatif dalam menentukan objek, kemudian menterjemahkannya kadalam bahasa inggris. Pada titik ini, siswa secara kreatif mulai menentukan atau mengenakan ciri khas atau fitur pada objek sepertisize(ukuran), habit (kebiasaan),colour(warna), behaviour (perilaku),dan lain-lain. Misalnya , ketika siswa melihat seekor anjing, dia harus berpikir bahwa itu adalah a dog. Kemudian secara kreatif mencoba mengurai dan mengenakan size-nya atau habit-nya. Maka dia akan dengan mudah membentuk kalimat seperti ini, a black dog barks to meataua white dog eats bone.
e.  Diskusi
Diskusi adalah tahapan penting yang harus dilakukan ketika menerapkan metode kata berkonsep. Pada tahapan ini, guru akan memberi kesempatan bagi siswa untuk menunjukan apa yang telah dia peroleh.. Simpelnya,setiap siswa diberi waktu untuk melaporkan atau mempresentasekan hasil temuanya berupa kata yang sudah terbentuk dalam kalimat dan diharapkan agar para siswa bisa terlibat aktif dengan memanfaatkan waktu yang diberikan oleh guru.Tahapan ini juga dimaksud untuk menciptakan kesempatan bagi para siswa untuk lebih berani tampil, dan membentuk mental kepemimpinan dalam diri.
f.    Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan dimana peran guru sangat ditonjolkan. Pada bagian ini, guru bisa menguji sejauhmana kemampuan siswa, apakah materi yang disampaikan itu dipahami atau tidak, sekaligus memberi masukan bagi siswa tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam pembelajaran. Tahapan ini juga bisa menjadi ruang pengakuan guru atas keberhasilan siswa, jika mereka berhail mencapai target yang diinginkan.
4.Tahap Penyebaran (disseminate)
Pada tahapan ini penulis telah melakukan uji coba metode pada para siswa dalam tingkatan satu kelas.Dimana tujuan utamanya adalah menguji produk yang dihasilkan dalam hal ini adalah metode kata berkonsep.

F.     PENUTUP
Metode Kata Berkonsep ( Word Concept Method) adalah sebuah metode sederhana  yang sangat bagus digunakan untuk membentuk dan meningkatkan vocabulary siswa. Setiap pengajar yang mengalami kendala IT dan akses pendidikan bisa menggunakanya dan mengembangkanya seturut gayanya masing-masing asalkan tidak keluar dari fase-fase pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Metode ini merupakan sebuah prototipe awal yangbelum sempurnah dan masih butuh pengujian. Oleh karena itu,segala bentuk masukan dan pandangan dari para pakar sebagai validator menjadi harapan utama penyempurnaan penelitian pengembangan ini.

G.    PUSTAKA
Aqib,Zainal. 2014. Model-Model Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual ( Inovatif ).Bandung : Yrama Widya.

Bruner,J.S.1961.The Process of education.New York : Vintage.

B.Uno,Hamzah.2011.MODEL PEMBELAJARAN; Menciptakan Proses Belajar       mengajar yang Kreatif dan Efektif.Jakarta: Bumi Aksara.

Fauzi Maufur,Hasan.2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasikan. Semarang : Sindur Press.

Klaumeier,H.J.1992.Conceptualizing.Dalam B.F.Jones&L.Idol (Ed),Dimension of thingking and cognitive instruction. Hillsdale,NJ : Erlbaum

Mccarthy and O’dell.1999.English Vocabulary in Use : elementary.England :Cambridge University Press.

Schunk, Dale H.2012. Learning Theories. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Stahl,A Steven and Nagy,E.William. 2005.Teaching Word meaning. New Jesey : lawrence Erlbaum Associates,Inc.

Komentar