PENGEMBANGAN
METODE KATA BERKONSEP (CONCEPT WORD METHOD) UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA BAHASA
INGGRIS ( ENGLISH VOCABULARY)
Karya Tulis ilmiah ini terkonsentrasi pada
peningkatan sub skill language
dalam bahasa inggris, karena itu yang menjadi judul dari
tulisan ini adalah“ Pengembangan Metode
Kata Berkonsep (Concept Word) Untuk Meningkatkan Kosakata Bahasa Inggris (
English Vocabulary)
Bahasa inggris adalah salah satu mata pelajaran yang
harus dipelajari oleh siswa ketika mereka masuk pada tingkatan sekolah menengah,
baik itu menengah pertama, menengah atas ataupun menengah kejuruan. Bukan tanpa
alasan,tetapi oleh pemerintah Bahasa inggris dilihat sebagai mata pelajaran yang bisa menciptakan sebuah
kesempatan atau peluang dalam
mencari
informasi penting ,berkomunikasi,dan bekerja . Dunia bahkan mengamini hal ini
dengan menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa pemersatu dengan slogan yang
sangat terkenal yakni english is the world language.
Bahasa Inggris itu penting adalah hal yang tidak
bisa kita pungkiri hanya karena kita tidak terlalu menyukai pelajaran ini.
Fakta membuktikan bahwa hampir sebagian besar siswa yang berada pada tingkatan
menengah beranggapan bahwa Bahasa Inggris itu sulit dan membosankan. Baca
lain tulis lain, tenses-nya juga sangat
banyak, satu kata punya banyak arti , inilah sejumblah alasan-alasan klise yang
sering dikemukakan oleh para pelajar ketika mempelajari Bahasa Inggris.Dan hal ini
bisa menjadi sebuah gunung es yang sewaktu- waktu akan menyulitkan para siswa ketika mereka
dihadapkan dengan Ujian Nasional Bahasa Inggris.Nilai yang tidak mencapai
passing grade, dan prestasi menurun adalah dual hal krusial yang bisa diprediksi
akan terjadi pada siswa jika tidak segeradicari jalan keluarnya.
Sejumblah pakar dan pemerhati pendidikan berusaha
mencari teknik, metode, strategi dan model pembelajaran, tapi tetap saja kemampuan berbahasa para pelajar seperti
reading, speaking, writting, dan listening masih berada pada level C atau level
pas-pas. Apa penyebabnya? Tidak adakah solusi yang tepat untuk menjawab masalah
ini? Rasa penasaran dan kepedulian yang sama seperti para pakar dan pemerhati
pendidikan ini, kemudian menghantar penulis pada sebuah refleksi mendalam,
kenapa hal ini bisa terjadi? Bedasarkan hasil refleksi, pengalaman mengajar,
dan konsultasi dengan sesama rekan guru, akhirnya ditemukan satu penyebab yang
sama dan utama,yakni kurangnya stok kosakata bahasa inggris atau lebih tepatnya
siswa tidak memiliki sejumblah kosakata dalam bahasa inggris (lack of vocabulary)
Bagaimana mungkin seorang guru menuntut siswa untuk
bisa memiliki kemampuan berbahasa( english skill) yang baik jika siswa tersebut
tidak memiliki stok kosakata yang mumpuni ? Apa yang harus mereka katakan,
mereka tulis dan mereka baca jika tak memiliki kosakata yang bagus? Lalu jika
mereka memiliki kosakata yang bagus apakah mereka juga mampu berbahasa inggris
dengan baik? Apakah hal itu bisa dijadikan jaminan?
Damianus Talok , seorang doktor bahasa asing, pernah bertutur dalam
sebuah seminar pendidikan, bahwa fundasi dari sebuah bahasa adalah kata yang
kemudian dibentuk menjadi sebuah kalimat yang bisa dipahami dan dimengerti.
Karena itu, wajib hukumnya bagi seorang pemula yang baru belajar sebuah bahasa
asing memiliki stok kosakata yang banyak. Kata-kata itu kemudian secara alami akan
dibentuk seturut sruktur atau gramar dari bahasa itu sendiri.
Mccharty dan O,Dell (1999) mengatakan bahwa mungkin
anda telah mengerti ratusan kata Bahasa inggris tapi untuk berbicara dan
menulis dalam kondisi yang wajar anda setidaknya membutuhkan seribu hingga dua
ribu kata ( you already know a hundred of eglish words, but to speak and write
in normal situations you need at least 1-2,000 words). Sampai disini sangat
jelas bahwa jika kita tidak mengenal atau mengerti vocabulary, pasti akan ada
banyak hal yang belum bisa kita pahami dalam ilmu bahasa.
Kata Berkonsep (Word Concept) adalah salah satu
metode pembelajaran yang ditawarkan oleh penulis untuk membentuk dan
meningkatkan kosakata siswa dalam belajar bahasa inggris. Metode ini merupakan
pengembangan dari model pembelajaran perolehan konsep (concept attainment
model) dan lebih menekankan tindakan (action) ketimbang teori. Disini para
siswa akan dihantar untuk menemukan kata dan membentuknya dalam kalimat. Para
pelajar bebas berkreasi sehingga, akan nampak jelas bahwa para siswa belajar
tanpa ada tekanan dan beban.
Kalau kita mencoba menyusuri dan membaca buku-buku
terkaitteori-teori pembelajaran dalam kelas, maka kita akan menemukan bahwa ada
begitu banyak teknik, strategi, metode dan model pembelajaran yang bisa
diterapkan. Persoalannya mana teknik, strategi, metode, atau model pembejaran
yang pas dan sesuai dengan materi dan karakter siswa kita? Umumnya apa yang
dihasilkan oleh para pakar dan ahli pendidikan ini, cenderung berpatokan pada sekolah
dan para pelajar dengan tingkatan akses pendidikan dan IT yang bagus. Dan hal
ini tentu saja akan berbenturan jika dihadapkan pada pelajar yang berada
didaerah indonesia timur khususnya didaerah yang akses pendidikan dan IT-nya
masih jatuh bangun seperti di wilayah Kabupaten Lembata dan sekitarnya.
Gropper(1990), mengungkapkan bahwa penerapan teknik,
strategi, metode, atau model pembelajaran, perlu didesain seturut karakter budaya
dan manusia setempat. Itu berati, kita tidak bisa mengadopsi sebuah teknik,
strategi, metode, atau model pembelajaran secara buta tanpa analisa dan
pertimbangan. Lebih lanjut,Dick dan Carey (1978), menegaskan bahwa, para
pengajar dituntut untuk bisa lebih fleksibel dalam mendesain konsep
pembelajarannya, bukannya statis pada sebuah sumber tertulis. Para pengajar
diberi ruang seluas-luasnya untuk berkreasi tetapi hal ini tidak lantas
mengurangi peran siswa dalam proses pembelajaran itu, karena apapun gaya dari
setiap pengajar, siswa tetaplah menjadi target dan tujuan utama dalam proses
pembelajaran itu.
1. Vocabulary
Vocabulary
atau kosakata adalah kumpulan kata-kata yang mempunyai makna dan arti. Kosakata
juga merupakan fundasi dari sebuah bahasa yang pada akhirnya keluar lewat cara
kita berkomunikasi. Tanpa kosakata sebuah bahasa akan kehilangan ruh-nya,
karena itu wajib hukumnya bagi siapa saja yang mau belajar sebuah bahasa asing
untuk menguasai kosakata (vocabulary).
David
Wilkins, dan
Thorbury (2002),menjelaskan bahwa kosakata (vocabulary) sangat penting dalam mempelajari
sebuah bahasa asing. Menurutnya,tanpa mengetahui grammar, sedikit sekali yang
bisa kita ungkapkan. Namun tanpa (mengetahui) kosakata, tidak ada yang bisa
kita ungkapkan.( without grammar very little can be conveyed, without
vocabulary nothing can be conveyed). Itu berarti,walaupun kita mempunyai
kemampuan grammar yang bagus tapi tetapi tidak memiliki kosakata maka akan
sia-sialah bahasa itu sendiri.
Nagy
dan Stahl kemudian mempertegas hal ini,menurut mereka kata-kata membagi
sebuah dunia; semakin banyak kata yang kita kuasai, semakin bermacam-macam kita
berpikir tentang dunia. (words devide the world; the more words we have, the
more complex ways we can think about the world). Oleh karena itu, menguasai kosakata
( vocabulary) merupakan hal dasar dalam mempelajari sebuah bahasa.
2. Pemahaman
Tentang Konsep
Umumnya
konsep biasanya digambarkan dengan serangkaian objek, simbol, atau kejadian
yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang penting. Menurut Howard (
1987), sebuah konsep merupakan susunan nyata atau representasi kategori yang
membuat orang-orang mampu mengenali contoh-contoh dan yang bukan contoh.
Konsep-konsep bisa mencakup objekkonkret ( misalnya, “meja”,”kursi”,”kucing”)
atau ide-ide abstrak ( misalnya, “cinta”, “demokrasi”, keseluruhan”). Howard
lalu menyimpulkan bahwa konsep pembelajaran ialah pembentukan representasi
untuk mengenali sifat, menyesuaikan ke dalam contoh baru, dan memisahkan contoh
dari yang bukan contoh.
Pendekatan
konsep dalam pembelajaran akan sangat
membantu siswa untuk memahami sebuah materi belajar. Pendekatan ini lebih tepat
digunakan jika penekanan pembelajaran pada mengenalkan konsep baru, melatih
kemampuan berpikir induktif, dan melatih berpikir analitis. Bruner (1956) telah
meneliti bahwa siswa mampu memahami sebuah objek dengan mengidentifikasikan
konsep yang ditampilkan. Misalnya aturan yang mengklasifikasikan kucing seperti
: “ jika ia hewan jinak, memiliki empat kaki,memiliki sungut,ekor,cukup
kecil,mendengkur, dan berbunyi’meong’, maka itu adalah kucing”. Meski
pengecualian bisa muncul, aturan ini secara akurat akan mengklasifikasikan semua
kucing sepanjang waktu.
Konsep
sangat dimungkinkan untuk dikuasasi dan disimpan dalam Long Term Memory (LTM). Penelitian
membuktikan bahwa ada berbagai cara untuk mempelajari dan memodifikasi konsep.
Klausmeier (1992) coba menjelaskan dalam dua cara sederhana. Cara pertama adalah mengembangkan prototipe pada
contoh biasa mengenai konsep yang mencerminkan sifat-sifat klasik. Cara kedua
adalah dengan mengabstraksi fitur-fitur dari dua atau lebih contoh.
3. Metode
Kata Berkonsep ( Word Concept)
Kata
berkonsep ( word concept) adalah sebuah metode pembelajaran yang didesain oleh
penulis sendiri. Metode ini menekankan keaktifan dan partisipasi siswa,
sedangkan guru bertindak selaku pemandu. Menurut Carl Roger, sebuah metode
pembelajaran yang baik harus mampu menciptakan ruang bagi siswa untuk berlaku
dan bertindak secara lebih dinamis. Bisa jadi, Roger sedang mengritik sekaligus
memberi koreksi kepada kita para pengajar yang cenderung konservatif dimana
umumnya para pengajar bertindak selaku satu-satunya sumber belajar ( teacher
central).
Concept Word ( Kata Berkonsep ),
merupakansebuah metode pembelajaran yang di desain dengan mengacu pada model
pembelajaran perolehan konsep ( Concept Attainment Model) hasil karya Jerome
Brunner, Jacqueline Goodnow, dan george Austin Brunner. Menurut mereka, lingkungan
sekitar manusia itu beragam, dan sebagai manusia kita harus mampu membedakan,
megkategorikan, dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan dan
mengelompokan dan menamakan sesuatu inilah yang dimaksut dengan konsep. Sebagai
contoh manusia mengenal bahwa yang dimaksut dengan konsep “ sekolah “ adalah
sebuah tempat yang menjadi pusat pembelajaran, tempat dimana guru mengajar dan
siswa belajar,dan lain-lain. Begitu pula halnya dengan konsep “ kursi”. Kursi
adalah suatu alat yang dipakai untuk duduk atau untuk menyandarkan tubuh, ada
yang berkaki empat dan bahkan berkaki satu. Atas dasar tersebut konsep menjadi
bagian fundamental dari sistem pembelajaran.
Dalam
pembelajaran Bahasa Inggris, metode kata berkonsep mengharuskan siswa untuk
melihat atau mengidentifikasikan sebuah item secara visual kemudian mengolahnya
kedalam bahasa inggris.
Proses ini membutuhkan daya kreatifitas siswa karena itu para guru perlu
menumbuhkan semangat atau spirit guna merangsang energi positip itu. Proses ini
akan dikatakan berhasil jika melawati sebua kajian evaluasi oleh para guru
terhadap pencapaian siswa.
Ketika siswa melihat sebuah objek, dia kemudian coba membawa objek itu kedalam cara berpikir
bahasa inggris (menterjemahkan).
Selanjutnya
siswa akan menguraikan fitur atau ciri
khas dari objek itu,
seperti size(ukuran), habit (kebiasaan),colour(warna), behaviour (perilaku),dan lain-lain. Dengan menggunakan konsep kata dari objek tersebut
siswa lalu akan dengan
mudah bisa
membentuk sebuah kalimat. Dan tentu saja kamus bahasa inggris menjadi source utama
dalam pengembangan metode ini.
Ada sejumblah
model pengembangan (development research) yang bisa digunakan sebagai acuan
untuk mengembangkan sebuah metode pembelajaran.Misalnya model desain Instruksonal karya Dick dan
Carey, model Borg dan Gall, model 4D ( four-D model),model Sugiyono,model
Gerlach dan Ely, model Bergman dan Moore dan lain-lain. Apapun model
pengembangan,semuanya akan bermuara pada satu hal yang sama yakni menghasilkan
sebuah prototypeberupa produk atau tool sebagai solusi atas masalah yang
dihadapi.
Dalam
tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan pengembangan model 4D (four-D
model) yang meliputi empat tahapan yakni
tahap pendefenisian (define), tahap perancangan (design), tahap
pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate). Menurut Trianto
(2007:65), secara garis besar tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Tahap
Pendefenisian (Define)
Tujuan
tahap ini adalah
menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran diawali
dengan analisis tujuan
dari batasan materi
yang dikembangkan perangkatnya. Tahap
ini meliputi 5
langkah pokok, yaitu:
(a) analisis ujung depan, (b) analisis siswa, (c) analisis tugas, (d) analisis
konsep, dan (e) perumusan tujuan pembelajaran.
b.
Tahap
Perencanaan ( Design)
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe
perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri
dari empat langkah
yaitu, (a) penyusunan
tes acuan patokan,
merupakan langkah awal yang
menghubungkan antara tahap
define dan tahap
design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi Dasar dalam
kurikukum KTSP). Tes
ini merupakan suatu
alat yang mengukur terjadinya perubahan
tingkah laku pada
diri siswa setelah
kegiatan belajar mengajar, (b)
pemilihan media yang
sesuai tujuan, untuk
menyampaikan materi pelajaran,
dan (c) pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat
dilakukan dengan mengkaji
format-format perangkat yang
sudah ada dan
yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.
c.
Tahap
Pengembangan (Develop)
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran yang sudah direvisi
berdasarkan masukan dari
pakar. Tahap ini
meliputi: (a) validasi perangkat oleh
para pakar diikuti
dengan revisi, (b)
simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana
pengajaran, dan (c) uji
coba terbatas dengan
siswa yang sesungguhnya. Hasil
tahap (b) dan
(c) digunakan sebagai
dasar revisi. Langkah berikutnya adalah
uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
d.
Tahap
Penyebaran (Disseminate)
Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat
yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di
sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas
penggunaan perangkat di dalam KBM.
Kata Berkonsep (Word Concept)adalah sebuah metode
pembelajaran yang terinspirasi
dari model pembelajaran perolehan konsep untuk meningkatkan kosakata siswa.
Metode ini menggunakan kata-kata kunci yang diperoleh dalam proses obsevasi visualisasi lalu
dikembangkan secara mandiri oleh siswa. Target yang mau dicapai adalah bahwa
siswa tidak sekedar hanya memiliki sejumlah stok kosakata tetapi dia juga mampu
menerapkan dan membentuk kata itu menjadi sebuah kalimat.
Seperti
yang dijelaskan sebelumnya pengembangan metode kata berkonsep, menggunakan pendekatan pengembangan model 4D
(four-D model) yang mencakup beberapa tahapan. Tahapan model pengembangan ini
meliputi tahap pendefenisian (define), tahap perancangan (design), tahap
pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate).
1.
Tahap
Pendefenisian (define)
Pada tahap ini penulis melakukan analisa terhadap
persoalan atau masalah yang ada mengenai kesulitan siswa belajar bahasa inggris. Faktor
lingkungan yang tidak mendukung,kerumitan bahasa itu sendiri, keengganan siswa
belajar,menjadi pijakan awal dimulainya penelitian ini. Selanjutnya penulis
menentukan bahwa tujuan dari pembelajaran bahasa inggris adalah para siswa
mampu menguasai language skill yang mencakup reading skill, speaking skill,
writing skill, dan listening skill.
2.
Tahap
Perancangan (design)
Pada tahapan ini, penulis merancang prototype berupa
sebuah metode pembelajaran yang diberi nama metode kata berkonsep (concept word
method). Metode ini memiliki sejumblah unsur utama seperti motivation,
co-operative-activity, observation, thinking,discussion, dan evaluation.
Unsur-unsur yang ada menjadi prototype pertama yang bisa berubah seturut
kebutuhan.
3.
Tahap
Pengembangan (develop)
Dalam tahapan ini penulis kemudian coba menerapkan
metode kata berkonsep dalam sebuah kegiatan pembelajaran.dimana setiap point
penting yang ada ini harus dilalui atau dijalankan. .
a.
Motivasi
Secara
etimologis motivasi berasal dari kata motifying yang berarti dorongan atau
rangsangan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang.Motivasi adalah
dorongan atau semangat yang lebih dimengerti sebagai sebuah stimulant bagi para
siswa untuk mencapai tujuan atau impian tertentu. Karena itu motivasi menjadi
basic utama apakah siswa bisa tertarik, suka atau tidak terhadap apa yang akan
diajarkan oleh guru. Menurut Weiner
(1990), motivasi adalah sebuah kondisi internal yang membangkitkan atau
mendorong kita untuk mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan
tertentu. Itu berarti seorang guru perlu menciptakan kondisi internal yang dimaksud
sehingga para siswa dipacu semangatnya dalam mempelajari bahasa inggris, dan
bukan tidak mungkin bahwa harapan yang diimpikan bisa tercapai dengan mudah.
Misalnya, dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya
penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan
arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi.
Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang.
Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak
akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk dapat belajar dengan baik di
perlukan proses dan motivasi yang baik, memberikan motivasi kepada pembelajar,
berarti menggerakkan seseorang agar ia mau atau ingin melakukan sesuatu.
b.
Kooperatif
Kooperatif
dalam metode kata berkonsep lebih dimengerti sebagai sebuah bentuk kerjasama
yang dilakukan para siswa.Tujuannya adalah untuk memupuk rasa tanggungjawab
dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Setiap kali mereka menemukan kesulitan
selama proses pembelajaran, mereka bisa saling bertanya satu sama lain. Tahapan
ini dimaksut juga untuk menumbuhkan kemadirian siswa. Menurut Lincoln
Lavigne, kemandirian perlu ditanamkan dalam diri anak sehingga mereka bisa survive ketika
berbenturan dengan kesulitan-kesulitan
selama proses pembelajaran. Itu berarti para guru perlu menciptakan ruang
kemandirian bagi siswa, sehingga mereka bisa lebih kreatif mengeksplor diri. Langkah kooperatif dalam metode ini sebenarnya
mengacu pada hal yang sama yakni memberi kesempatan dan peluang bagi siswa
untuk bisa lebih kreatif dalam menyelesaikan sebuah tanggungjawab secara
bersama-sama.
c.
Observasi
Observasi
adalah salah satu tahapan yang perlu dilakukan ketika kitamenggunakan metode kata berkonsep. Observasi adalah
sebuah aktivitas visual dimana kita mengamati sebuah objek atau apa saja yang
ada disekitar kita unntuk kemudian dijadikan bahan untuk menambah stok
kosakata. Observasi yang dilakukan sebaiknya dilakukan secara detil untuk kemudian dijadikan dasar atau acuan
dalam pengembangan kata menjadi sebuah kalimat.
d.
Thinking
Langkah
thinking( berpikir ) adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan aktivitas
otak,yang biasanya sering dilakukan seseorang ketika dihadapkan pada sebuah
problem atau situasi yang menuntut sebuah solusi. Dalam ilmu psikologi terdapat
macam-macam cara berpikir, seperti berpikir vertikal, lateral, kritis,
analitis, kreatif dan strategis. Dalam pengembangan ini, metode kata berkonsep
lebih difokuskan pada cara berpikir kreatif.
Harriman
berpendapat bahwa berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha
mnciptakan gagasan baru.Itu berarti cara
berpikir kita harus selalu bisa membuka
kemungkinan-kemungkinan solusi terhadap sebuah persoalan. Jadi kemampuan
berpikir kreatif seeorang makin tinggi, jika ia mampu menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah.
Dalam
metode kata berkonsep, langkah thinking mengharuskan siswa untuk kreatif dalam
menentukan objek, kemudian menterjemahkannya kadalam bahasa inggris. Pada titik
ini, siswa secara kreatif mulai menentukan atau mengenakan ciri khas atau fitur
pada objek sepertisize(ukuran), habit (kebiasaan),colour(warna), behaviour (perilaku),dan lain-lain. Misalnya , ketika siswa melihat seekor anjing, dia
harus berpikir bahwa itu adalah a dog.
Kemudian secara kreatif mencoba mengurai dan mengenakan size-nya atau habit-nya.
Maka dia akan dengan mudah membentuk kalimat seperti ini, a black dog barks to meataua
white dog eats bone.
e.
Diskusi
Diskusi
adalah tahapan penting yang harus dilakukan ketika menerapkan metode kata
berkonsep. Pada tahapan ini, guru akan memberi kesempatan bagi siswa untuk
menunjukan apa yang telah dia peroleh.. Simpelnya,setiap siswa diberi waktu untuk
melaporkan atau mempresentasekan hasil temuanya berupa kata yang sudah
terbentuk dalam kalimat dan diharapkan agar para siswa bisa terlibat aktif
dengan memanfaatkan waktu yang diberikan oleh guru.Tahapan ini juga dimaksud
untuk menciptakan kesempatan bagi para siswa untuk lebih berani tampil, dan
membentuk mental kepemimpinan dalam diri.
f.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan dimana peran guru sangat
ditonjolkan. Pada bagian ini, guru bisa menguji sejauhmana kemampuan siswa,
apakah materi yang disampaikan itu dipahami atau tidak, sekaligus memberi
masukan bagi siswa tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam pembelajaran.
Tahapan ini juga bisa menjadi ruang pengakuan guru atas keberhasilan siswa,
jika mereka berhail mencapai target yang diinginkan.
4.Tahap
Penyebaran (disseminate)
Pada tahapan ini penulis
telah melakukan uji coba metode pada para siswa dalam tingkatan satu
kelas.Dimana tujuan utamanya adalah menguji produk yang dihasilkan dalam hal
ini adalah metode kata berkonsep.
Metode Kata Berkonsep ( Word Concept
Method) adalah sebuah metode sederhana
yang sangat bagus digunakan untuk membentuk dan meningkatkan vocabulary
siswa. Setiap pengajar yang mengalami kendala IT dan akses pendidikan bisa
menggunakanya dan mengembangkanya seturut gayanya masing-masing asalkan tidak
keluar dari fase-fase
pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Metode ini merupakan sebuah prototipe awal yangbelum
sempurnah dan masih butuh pengujian. Oleh karena itu,segala bentuk masukan dan pandangan
dari para pakar sebagai validator menjadi harapan utama penyempurnaan
penelitian pengembangan ini.
Aqib,Zainal.
2014. Model-Model Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual ( Inovatif
).Bandung : Yrama Widya.
Bruner,J.S.1961.The
Process of education.New York : Vintage.
B.Uno,Hamzah.2011.MODEL
PEMBELAJARAN; Menciptakan Proses Belajar
mengajar yang Kreatif dan Efektif.Jakarta: Bumi Aksara.
Fauzi
Maufur,Hasan.2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasikan. Semarang : Sindur Press.
Klaumeier,H.J.1992.Conceptualizing.Dalam
B.F.Jones&L.Idol (Ed),Dimension of
thingking and cognitive instruction. Hillsdale,NJ : Erlbaum
Mccarthy
and O’dell.1999.English Vocabulary in Use : elementary.England :Cambridge
University Press.
Schunk,
Dale H.2012. Learning Theories. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Stahl,A
Steven and Nagy,E.William. 2005.Teaching Word meaning. New Jesey : lawrence
Erlbaum Associates,Inc.
Komentar
Posting Komentar